Ketua Pengurus Pertegas Undang-Undang Pesantren

LUBANGSA SELATAN – Seiring berjalannya waktu, sepanjang itu pula sebuah proses berjalan. Dan di dalam proses itulah terkadang beberapa sisi memerlukan perbaikan-perbaikan. Sama halnya dengan dekade kepengurusan ustadz Dedi Anwari yang sekarang sudah memasuki tahun kedua dari masa bakti 2013-2015. Kemarin, tepatnya pada tanggal 18 Januari 2015 setelah salat jemaah Magrib santri dilarang turun dari musala. Sesaat kemudian ustadz Dedi Anwari memberikan pengumuman yang isinya beberapa poin undang-undang. Sebenarnya tidak ada hal baru pada poin pengumuman tersebut, hanya berupa penegasan dari beberapa poin undang-undang. Dan hasilnya cukup menakjubkan, semua santri dalam beberapa hari ini terlihat sangat disiplin dan rapi, baik saat pembacaan Rotibul Haddad maupun saat salat jemaah Magrib.

Beberapa poin undang-undang yang diumumkan antara lain, pertama setiap santri wajib membawa Rotibul Haddad pada saat pembacaan Rotibul Haddad. Kedua setiap santri dilarang membawa bahan bacaan lain selain Rotibul Haddad pada saat pembacaan Yasin dan Rotibul Haddad. “kedua poin ini menjadi prioritas kami karena kami melihat cara santri membaca Rotibul Haddad sudah tidak karuan. Setelah ditelusuri ternyata ada banyak santri memang tidak membawa Rotibul Haddad, parahnya lagi, ada sebagaian santri yang membawa buku bacaan selain Rotibul Haddad” tutur ustadz Dedi Anwari saat ditemui di depan rental Kamis (22/1) pagi.

Sedang poin yang ketiga, setiap santri harus sudah berkumpul di musala sebelum salat berjemaah dilaksanakan. Keempat, setiap santri dilarang mandi di jeding ataupun di sumur pada saat qiraah jelang Magrib dikumandangkan hingga jam 20.30 WIB (selepas jam belajar). “Poin ketiga dan keempat ini memang sinkron. Kalau santri masih mandi pada saat qiraah, sudah pasti mereka terlambat ke musala”, imbuhnya. Sedang poin yang kelima, setiap santri diharuskan berpakaian rapi dan sopan saat melaksanakan salat berjemaah. Dianjurkan memakai baju putih lengan panjang dan dilarang memakai jemper. Alhasil, dari beberapa poin yang diumumkan sebagai bentuk penyegaran ternyata membawa hasil yang luar biasa. Tidak ada keramaian di jeding saat qiraah, tidak ada yang terlambat saat pembacaan Yasin dan Rotibul Haddad, terlihat sangat khusyuk saat membaca Yasin dan Rotibul Haddad. Serta terlihat lurus dan rapi saat salat jemaah.

Menurut Hasbi, nama panggilan dari Ach. Hasbiyallah, santri asal Aeng Panas, Pragaan, Sumenep mengatakan, “sekalipun saya juga jarang membawa Rotibul Haddad dan sering pula memakai baju lengan pendek ke musala, saya sangat bangga dengan terapi ini setelah agak lama terlihat tidak maksimal, namun sekarang kami bisa melihat seluruh santri lebih disiplin”, ujarnya. Dia juga berharap, “ke depan sebisa mungkin, peraturan-peraturan yang lain juga dimaksimalkan”, tutur santri yang sekarang duduk di kelas X MA Tahfidh Annuqayah ini.

Saat ditanya tentang rencana selanjutnya, ustadz Dedi menuturkan bahwa, “prioritas kami selanjutnya adalah memaksimalkan salat jemaah Isya. Karena selama ini menjelang salat jemaah Isya, banyak santri yang terlambat. Jadi itu, terapi kami selanjutnya”, jelasnya. Lebih lanjut dia juga berpesan, “jangan pernah berhenti untuk bersama-sama berusaha memperbaiki diri”.[viel/yadi/iet]
Share this video :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Duta Santri - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger