Hari Jum’at; Manifestasi Surga Sughro

Oleh: Hasibullah

Membaca dan mengaplikasikan keistimewaan hari Jum’at adalah membangun sebuah jembatan menuju telaga kautsar-Nya. Mengamalkan keistimewaan hari Jum’at ibarat melintasi sebuah tangga menuju Sitratil Muntaha. Telaga kautsar dan Sitratil Muntaha merupakan ilusi kenikmatan hakiki yang sengaja Tuhan menjadikannya kado bagi umat muslim. Sebagai umat muslim, mari baca dan kaji lembar demi lembar prihal hari Jum’at, sebagai sarana untuk mendapatkan bingkisan berisi kenikmatan-kenikmatan sejati.
    
Dalam lembaran-lembaran hari Jum’at itu, dikisahkan dalam kitab al-Minahu al-Saniyah tentang wasiat Nabi Muhammad kepada Ali bin Abi Thalib. Dalam wasiatnya, Nabi menceritakan kepada Ali prihal fadilah mandi sunnah pada hari Jum’at.  Di antara fadilah hari Jum’at adalah bahwa orang yang mandi pada hari Jum’at dengan niat (mandi besar) maka orang tersebut akan dihapus dosa kecilnya dari hari Jum’at hingga hari Jum’at berikutnya.
    
Tidak hanya itu, pada hari juma’at kasih sayang Allah sungguh dilimpahruahkan kepada manusia secara umum, dan umat muslim secara khusus. Semisal, bagi umat muslim yang datang lebih awal ke masjid untuk melaksanakan ibadah salat Jum’at maka pahalanya sangat besar. Ukuran pahala yang dilimpahkan kepada umat muslim datang ke masjid lebih awal tersebut diibaratkan dengan memperoleh unta. Sehingga untuk kalangan santri, jika tiba hari Jum’at menjelang siang muncul ungkapan, “be’en ta’nompa’ah onta (pulang dari masjid berkendaraan unta).” Kemudian santri yang lain menjawab, ”tina engkok minta’ah telor bei (biar saya mendapat telur saja).” Dengan kata lain, santri tersebut akan pergi ke masjid lebih akhir, dan sebagai konsekuensinya akan mendapakan pahala lebih kecil, yaitu hanya diibaratkan dengan telur. Jadi perbandingan hiperbolisnya ialah antara “unta” dengan “telur”.
    
Pada kisah lain, dalam pelaksanaan ritual ibadah salat Jum’at kita kenal denga istilah “bilal” dan “khatib”. Sebelum khatib membaca khatbah, biasanya bilal membaca lafadz, ”al-Jum’atu hijjul fuqara wa’idul masakin. . .” hari Jum’at adalah ibadah haji khusus para fuqara dan merupakan hari raya bagi orang miskin. Ungkapan selanjutnya, “wal ‘umratun tidhaul ‘asri ba’dal jum’ah”. Dan bagi para fuqara dan kalangan miskin, umrahnya adalah duduk di masjid hingga waktu asar tiba.
    
Riwayat-riwayat dan keutamaan seperti uraian di atas, tidak dimiliki hari-hari yang kecuali hanya hari Jum’at. Sehingga tidak salah jika hari Jum’at didefinisikan sebagai “sayyidul Ayyam” (tuanya para hari). Hari Jum’at jika bisa dikatakan adalah percikan dari sekian kenikmatan surga yang Allah sengaja turunkan ke dunia. Sebagai umat muslim, jika kita mampu merawat fadilah-fadilah hari Jum’at maka berarti kita berhasil memasuki pintu-pintu surga sughro. Dengan kata lain, hari Jum’at adalah manifestasi surga sughro.
    
Namun, beberapa keutamaan tentang hari Jum’at yang telah penulis urai di atas akan hanya menjadi sebuah kisah, bahkan seperti hilangnya bayang-bayang bersama tenggelamnya matahari jika tidak diimplementasikan dalam bentuk tindakan. Oleh karenanya, sebagai umat muslim mari bersama-sama meraih surga (sebuah kenikmatan sejati) dengan hari Jum’at.
Share this video :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Duta Santri - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger