Mengenal Syaiful Hidayat, satu-satunya santri baru angkatan 2014 yang sudah sarjana
Pada zaman serba materi, rasanya sulit mencari orang yang rendah diri, penuh semangat yang tinggi, dan berambisi dalam menggapai cita-cita yang terpatri. Oleh karenanya, harus tumbuh keinginan yang kuat dalam hati untuk menggapai mimpi. Dan, saat ini kita mendapatkannya dalam diri Syaiful Hidayat; rendah hati, memiliki semangat yang tinggi demi mewujudkan cita-citanya yang tertanam dalam sanubari.
Pada zaman serba materi, rasanya sulit mencari orang yang rendah diri, penuh semangat yang tinggi, dan berambisi dalam menggapai cita-cita yang terpatri. Oleh karenanya, harus tumbuh keinginan yang kuat dalam hati untuk menggapai mimpi. Dan, saat ini kita mendapatkannya dalam diri Syaiful Hidayat; rendah hati, memiliki semangat yang tinggi demi mewujudkan cita-citanya yang tertanam dalam sanubari.
MOH. HUSRIL MUBARIQ, Lubsel
Sepanjang sejarah yang dikorek Duta Santri, tidak pernah ada santri baru yang memondok di PPA. Lubangsa Selatan dengan menyandang status sarjana. Namun, pada tahun 2014 ini, satu di antara sekian santri baru merupakan lulusan Perguruan Tinggi (PT) yang berada di Tarate Sumenep. Dialah Syaiful Hidayat, santri asal Banasare Rubaru. Kepada Duta Santri, Syaiful Hidayat mengaku tidak ada pihak lain yang memaksanya untuk memondok, termasuk orangtuanya sendiri. "Saya memondok di sini atas kemauan saya sendiri, tanpa ada unsur paksaan dari siapapun," tuturnya.
Pada awalnya, Syaiful tidak memiliki pandangan untuk memondok di PPA. Lubangsa Selatan. Namun setelah mendapatkan arahan-arahan dan masukan dari orangtua dan beberapa familinya, akhirnya dia memantapkan diri untuk mendalami ilmu agama di pesantren yang berada dalam kepengasuhan K. Moh. Halimi Ishom. "Saya ikut saran dari orangtua dan famili-famili saya demi membahagiakan mereka," ucapnya.
Selanjutnya, Syaiful menyampaikan, sekalipun telah lulus PT dirinya merasa sangat haus dalam mencari utamanya mengenai ilmu-ilmu agama. "Saya ingin belajar agama agar lebih baik lagi. Karena saya merasa masih banyak kekurangan dalam diri saya," ucapnya. "Saya datang dan memondok ke sini untuk belajar, tanpa memandang gelar saya. Yang penting ada kemauan, pastilah ada jalan. Saya akan belajar apapun yang ada di PPA. Lubangsa Selatan," sambungnya.
Sebenarnya, Syaiful mengaku masih mempunyai keinginan meneruskan kuliahnya. Namun, karena persoalan ekonomi dirinya menangguhkan hasratnya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. "Yang penting, sekarang saya fokus di pondok dulu untuk belajar ilmu agama," katanya kepada Duta santri. "Soal pendidikan, kalau masih diberi kesehatan, panjang umur dan ada biaya, insya Allah pasti melanjutkan," lanjut santri yang tidak bersedia menyebutkan title yang disandangnya itu.
Selama berada di pesantren, Syaiful benar-benar mempunyai keinginan yang besar dalam mencari ilmu. Dia tidak mau kesempatan yang didapatkannya di pondok terbuang sia-sia. "Saya harus belajar lebih baik dan giat lagi untuk bisa sedikit demi sedikit belajar agama yang baik dan benar," terangnya. "Ke depannya, saya akan terus memperdalam pengetahuan tentang ilmu agama dan hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan keadaan di masyarakat, seperti bagaimana cara bergaul yang baik dan semacamnya," tandas santri yang usianya bakal genap 24 tahun pada tanggal 7 Oktober mendatang tersebut. []
Posting Komentar