Dulu Aktif di Komnas, Kini sebagai Staf Administrasi Rektor Universitas Bung Karno

Mengenal Lebih Dekat Asip Irama, Salah Satu Perintis Komnas PPA. Lubangsa Selatan 

Tak banyak kita temukan santri alumni yang tetap peduli terhadap generasi-generasinya yang berproses dan mengikuti jejaknya selama hidup di pesantren. Jejak hidup di sini ialah perjalanan atau proses pengembangan diri dalam sebuah komunitas di pesantren. Nah, kepedulian ini kita bisa dapatkan pada diri Asip Irama yang sangat peduli terhadap generasi penerusnya yang saat ini sedang berproses di Komunitas Nyantai Sore (Komnas).
 

MOH. HUSRIL MUBARIQ, Lubsel

Rabu (7/1) sore, sejumlah santri yang tergabung dalam Komunitas Nyantai Sore (Komnas) PPA. Lubangsa Selatan, berkumpul di bukit Lancaran Guluk-Guluk. Sebagaimana biasa, mereka aktif melakukan diskusi yang diisi oleh anggota Komnas sendiri. Namun, saat itu ada yang berbeda. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Asip Irama, alumni sekaligus salah satu perintis komunitas tersebut.

Kehadiran pria yang lahir di Gili Raja Giligenting Sumenep pada 27 Maret 1994 itu sebagai bentuk kepeduliannya terhadap keeksisan Komnas. Meski sudah berhenti memondok dari PPA. Lubangsa Selatan pada 2013 lalu, kepeduliannya terhadap generasi penerusnya begitu besar. Bahkan ia begitu apresiatif sehingga ia bersedia membantu anggota Komnas untuk langganan koran jika anggota Komnas benar-benar serius dan bersungguh-sungguh dalam berproses.

“Kepedulian saya terhadap Komnas sama sekali tidak ada kepentingan (politik). Namun, ini sebagai tanggung jawab saya untuk ikut serta dan mendukung teman-teman santri berproses,” ucapnya pada Kamis (8/1) siang. “Saya ingin teman-teman yang aktif di Komnas mampu menjadi orang terdepan,” sambungnya. Menurut Asep—panggilan Asip Irama—untuk menjadikan anggota Komnas lebih maju tidaklah mudah dan harus dengan proses serta pengorbanan. “Tentu harus dimulai dari perkumpulan kecil. Seperti Khoirul Umam yang sekarang sudah dipercaya menjadi kepala sekolah, Ikromi Abbas yang mampu melanjutkan kuliah secara mandiri, dan Imam Rohmatullah yang sekarang menjadi Menkominfo (Mentri Komunikasi dan Informasi, Red.). Bahkan digadang-gadang dan didukung sebagai calon Presma (Pesiden Mahasiswa) di Universitas Indraprasta PGRI Jakarta Pusat,” katanya menyampaikan kesuksesan dan prestasi sahabat-sahabatnya yang pernah aktif di Komnas bersamanya.

Bagi Asep sendiri, berkat keaktifannya di Komnas telah berhasil mengantarkannya menjadi sukses menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di Ibu Kota Jakarta. Mahasiswa jurusan Hukum di Universitas Bung Karno Jakarta Pusat itu, telah mampu menjuarai perlombaan menulis tingkat nasional pada 2014 kemarin. “Alhamdulillah saya menjuarai lomba esai tentang hukum tingkat nasional yang diadakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Fakultas Hukum Seluruh Indonesia yang pesertanya banyak dari wartawan,” tuturnya seolah hendak menyalurkan semangat juangnya kepada seluruh anggota Komnas. Tidak hanya itu, kata Asep, bahwa komnas juga sudah mengantarkannya sebagai Staf Rektor bidang Administrasi di kampusnya, yang sesungguhnya posisi itu sulit didapat oleh mahasiswa di berbagai perguruan tinggi.

Namun lanjut Asip, untuk mencapai prestasi yang telah ia dapat, seyogyanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi ketika dihadapkan dengan persoalan ekonomi di kota megapolis Jakarta. Ia mengaku pernah tidak berhak ikut UAS gara-gara tidak mampu melunasi keuangan kampus. Namun, dengan berbagai perjuangan yang dilakukan, akhirnya ia diperbolehkan ikut ujian. Lebih dari itu, ia juga menjelaskan tentang kerasnya kehidupan sebagai mahasiswa di DKI Jakarta. “Ke Jakarta, saya tidak punya duit. Saat pertama kali sampai di sana, saya tinggal di Stasiun Senin selama tiga hari karena tidak punya tempat tinggal,” ucapnya. “Itu hal yang terpahit. Bahkan saya sempat akan mengurungkan niat saya untuk kuliah di Jakarta dan mau pindah ke Malang,” kenang  lelaki yang saat ini mengaku menjabat sebagai Direktur Eksekutif Komunitas Cinta Bangsa periode 2014-2019 dan Ketua Umum LBHD (Lembaga Bantuan Hukum Desa) Jakarta itu. Akan tetapi, kata Asep niat itu gagal, sehingga ia tetap melanjutkan kuliahnya berkat dukungan dari keluarganya di kampung melalui senyum orang tuanya tercinta.

Berkaitan dengan Komnas, ia pun banyak mengungkapkan harapan-harapannya. Bahwa, anggota Komnas harus tetap eksis melakukan diskusi dan menulis. Sebab, hingga saat ini, Asip menyatakan, bahwa menulis merupakan hobinya sejak ia aktif di Komnas PPA. Lubangsa Selatan. “Harapan saya, komnas tidak boleh mati. Komnas harus tetap hidup demi mewujudkan masa depan yang baik,” harap alumni SMA Annuqayah yang sekarang juga aktif sebagai anggota Indonesia Budget Control (IWC) tersebut. “Komnas bukan hanya berbicara persoalan agama. Tetapi saya harapkan juga berbicara persoalan korupsi, ekonomi, budaya, politik hukum dan lainnya. Pokoknya seluruh dimensi kehidupan harus dikupas tuntas oleh Komnas. Selain itu Komnas harus menjadi satu komunitas yang menyikapi kebijakan pesantren yang tidak sesuai dan terlalu mengekang santri untuk cerdas. Misal, penyegelan perpustakaan, itu harus disikapi oleh Komnas. Dan itu harus benar-benar diseriusi karena itu merupakan salah satu sikap dalam rangka mencegah dan membunuh orang (santri) untuk tidak cerdas,” terang pria yang pernah aktif sebagai pengurus perpustakaan PPA. Lubangsa Selatan itu. []
Share this video :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Duta Santri - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger