Gigih, Semangat, Ikhlas, dan Bangun Relasi dengan Para Alumni dan Simpatisan

Di balik sosok Naufil Musfa dalam menyukseskan proyek pembangunan tempat wudu baru PPA. Lubangsa Selatan

Dalam mengerjakan sesuatu apapun, tidak hanya membutuhkan semangat, kegigihan, dan materi yang memadai. Namun, keikhlasan sepenuh hati justru menjadi hal yang cukup penting dalam menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan. Demikian halnya dengan Naufil Musfa yang amat gigih, semangat, dan—tentu—ikhlas sepenuh hati demi selesainya proyek pembangunan tempat wudu baru PPA. Lubangsa Selatan.

 MOH. HUSRIL MUBARIQ, Lubsel

Ahad malam (4/5), langit pekat tanpa penerangan rembulan. Kesiur angin mengiringi langkah-langkah santri melakukan aktivitas masing-masing—setelah bersibuk ria, belajar, di waktu jam aktif belajar pesantren. Di saat jam menunjukkan pukul 21.55, sejumlah santri beraktivitas santai di depan kantor pesantren, kantor Madrasah Diniyah, dan perpustakaan PPA. Lubangsa Selatan. Dan, di tengah-tengah merekalah—di depan kantor pesantren—Duta Santri menemui Naufil Musfa, berbincang kecil mengenai penyiapan tempat wudu baru bagi santri.
 
Sebagaimana yang telah diwartakan sebelum-sebelumnya, proyek pembangunan tempat wudu baru yang terletak di selatan masjid PPA. Lubangsa Selatan itu, biaya operasional dan segala kebutuhannya “ditanggung” oleh para alumni. “Dananya (yang terkumpul-terpakai) sekitar enam juta. Itu termasuk uang temu alumni yang dua tuhun sekali,” tutur santri yang memakai baju kotak-kotak lengan panjang itu kepada Duta Santri. “Bede se berbentuk bharang, bede se pesse (ada yang berbentuk barang, ada yang [berbentuk] uang),” jelasnya ketika ditanya prihal mengenai bentuk sumbangan yang diberikan oleh para alumni.
 
Naufil mengatakan, beberapa alumni yang begitu getol mencurahkan perhatiannya terhadap proyek tersebut ialah Bapak Samsul Arifin Taswi, Bapak Amir, Bapak Musleh, Rawakit, dan H. Abd. Basith Nangger. Kemudian, saat dikonfirmasi masalah tukang Naufil nejawab, “tokangnga ebajar, keng tak pade ben tokang biasana. Istilana, gantena bensin ben jhamu (tukangnya dibayar, tapi tidak sama dengan tukang seperti biasanya. Istilahnya, sebagai ganti uang bensin dan jamu),” ucapnya sambil sesekali menyemburkan asap rokok ke udara.
 
Ternyata, ada hal lain selain bantuan yang diberikan oleh alumni dan simpatisan demi suksesi proyek yang ditargetkan selesai sebelum pelaksanaan Haflatul Imtihan Madrasah Annuqayah (HIMA) tersebut. Yakni, bantuan berupa konsumsi. Naufil mejelaskan, pihaknya selalu berusaha mencari bantuan konsumsi untuk tukang dan para santri yang ikut membantu pengerjaan proyek itu, agar biaya yang dikeluarkan lebih efisien. Santri asal Guluk-Guluk Barat itu begitu semangat dan gigih dalam membangun relasi dengan alumni dan simpatisan. “Kadhang minta ka Luk-Guluk Bara’, ben Nangger. Target pertama, ka alumni. Mon la ka alumni tak nemmo, ka wali santre se ma’-semma’. Mon ka wali santre tade’, minta ka masyarakat (kadang minta ke Guluk-Guluk Barat, dan Nangger. Target pertama, ke alumni. Kalau ke alumni tidak dapat, ke wali santri yang dekat-dekat. Kalau ke wali santri tidak ada, minta ke masyarakat [simpatisan]),” ungkapnya panjang lebar. Dan, perbincangan hangat dan bersahabat itupun dikahiri tepat di pukul 21.03 Wib.
Share this video :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Duta Santri - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger