BINASABA – Pembukaan Bimbingan dan Pembinaan Santri Baru (Binasaba) dilaksanakan pada 8 September 2014 sekitar jam 19.45 Wib, yang bertempat di Auditorium Madrasah Diniyah. Menurut ketua panitia M. Khalid Rahman, walaupun pembukaan Binasaba sudah resmi dibuka, namun penyajian materi baru dimulai pada tanggal 9 September, satu hari setelah pembukaan. Karena pada tanggal 8 September (setelah pembukaan) tersebut masih ada sosialisasi tata tertib Binasaba. Untuk materi pertama ialah “Sejarah dan Visi Misi Annaqayah” yang disampaikan oleh K. Muhammad Zamiel El-Muttaqien pada (9/9) Selasa sore. Penyajian materi Sejarah dan Visi Misi Annuqayah ini diadakan bertujuan agar santri baru dapat mengetahui silsilah pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah, serta bagaimana orientasi bimbingan di dalamnya. Oleh karenanya, materi tersebut penting untuk disampaikan kepada santri baru di PPA. Lubangsa Selatan, agar dalam hal belajar mereka memiliki pedoman, terlebih dalam persoalan aqidah.
Di samping itu, juga ada materi “Santri dan Bahasa Asing”. Dalam materi tersebut, alumni PPA. Lubangsa Selatan, bapak Ach. Rofiq, M.Pd.I sebagai pembicara, karena beliau memang kompeten soal bahasa asing terutama bahasa Arab dan Inggris. Penyajian materi “Santri dan Bahasa Asing” ini berlangsung selama satu jam, yakni sejak jam 20.30-21.30 wib. Dalam penyampaianya, bapak Ach. Rofiq banyak menyinggung tentang pentingnya memahami bahasa asing. Bahasa Arab dipahami sebagai alat untuk mendalami ilmu agama. Sementara bahasa Inggris penting dipelajari pula sebagai sarana komunikasi dengan orang asing baik secara langsung maupun melalui tulisan.
Kemudian materi yang ketiga adalah “Pengenalan Kepenulisan”. Panitia menyepakati bapak Muhammad Suhaidi, M.Th.I. sebagai fasilitator, dan setelah dikonfirmasi tujuh hari sebelumnya alumni PPA. Lubangsa Selatan itu menyatakan siap. Namun, satu hari sebelum jadwal materi dilaksanakan bapak Suhaidi menggagalkan karena ada acara mendadak. Dan beliau merekomendasikan bapak Zaiturrahem RB dan Ahmad Khotib sebagai penggantinya. Setelah keduanya dihubungi oleh pihak panitia, semuanya tidak bisa karena juga ada acara yang tidak bisa ditinggalkan. Lima menit setelah menghubungi tawaran bapak Suhaidi tersebut, panitia juga menghubungi bapak Paisun, S.Pd.I, dan dia menyanggupi permohonan panitia untuk mengisi materi “Pengenalan Kepenulisan”. Akan tetapi harus dengan waktu yang agak molor (di jadwal seharusnya 15.00-16.00 diubah 15.30-61.30 wib) karena Paisun masih ada acara pula di SMA III Annuqayah.
Dalam penyampaiannya, Paisun banyak menyinggung tentang pentingnya menulis, dasar-dasar menulis dan kegunaannya menjadi seorang penulis. Di antaranya bahwa enaknya menjadi seorang penulis ialah bisa populer. Dan memiliki pengalaman pengetahuan lebih, sebab untuk membuat sebuah tulisan sudah dipastikan dan dituntut untuk membaca. Orang yang cinta baca dipastikan pula pengetahuannya akan berkembang serta melek diskusi.
Materi keempat dilaksanakan pada tanggal 10 September, yakni “Santri dan kitab kuning”, yang disampaikan oleh bapak Muqit Amir, S.H.I berlangsung selama satu jam, 20.30-21.30 wib. Dalam diskusi tersebut, bapak Muqit bayak menyinggung bahwa untuk menjadi santri yang Tafaqqahu fi al-Din memang sebuah kewajiban untuk belajar dan mendalami kitab kuning. Sebab semua ilmu agama, baik fiqih, akhlak/tasawuf atau bahkan persolan akidah semuanya terangkum dalam kitab kuning. Oleh sebab itu, santri sebagai generasi pemikir Islam tidak bisa dipisahkan dengan kitab kuning.
Materi yang kelima disampaikan oleh bapak Marhakim, yaitu tentang “Pemahaman Syari’at Islam Dasar”. Dalam materi ini, Bapak Marhakim menjelaskan tiga hal Tauhid, Fiqih dan Akhlak. Menjabarkan tiga kata tersebut dengan luas, karena erat kaitannya dengan persoalan keyakinan santri dalam beragama Islam. Sehingga tidak heran bila dalam penyajian tersebut juga disinggung tentang iman, ihsan serta bagaimana perbedaan dan substansinya. [Yon/Vil/Ron]
Posting Komentar