 |
| Kamar Bahasa Arab PPA. Lubangsa Selatan |
HARAKATUN NAHDLAH AL-ARABIYAH – Santri PPA. Lubangsa Selatan patut berbangga hati atas diresmikannya Harakatun Nahdlah Al-Arabiyah (Kamar Bahasa Arab) beberapa waktu lalu. Adanya Harakatun Nahdlah al-Arabiyah itu merupakan keinginan langsung dari K. Moh. Halimi Ishom selaku pengasuh PPA. Lubangsa Selatan. Menurut pantauan wartawan Duta Santri, proses memenuhi keinginan pengasuh muda itu tidak mudah, sehingga harus memindahkan seluruh santri Blok A ke asrama baru yang berada di depan Blok B. Dengan itulah keberadaan Harakatun Nahdlah al-Arabiyah diharapkan dapat berjalan dengan maksimal.
Helmi salah pengurus sangat menyambut apresiatif atas diresmikannya kamar yang khusus untuk menanungi santri yang berminat di bidang bahasa Arab itu. “Saya lihat, ini merupakan kemajuan pesat. Kalau dari kegiatannya, saya lihat teraktif dari yang lain,” katanya. “Masalah maksimalisasinya, bisa dilihat dari tradisi berbicara bahasa Arab sesama anggotanya,” sambung santri yang saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Diniyah itu.
Berbeda dengan Ach. Fairuzzabadi yang mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan di Kamar Bahasa Arab tidak seperti saat awal-awal diresmikannya kamar tersebut. “Sekarang kayaknya mau dikatakan tidak aktif, teman-teman aktif di sana. Tapi kemudian materinya kosong,” tuturnya kepada Duta Santri Rabu (5/3). “Untuk memulai itu mudah, tapi untuk mempertahankan yang sulit,” sambungnya.
Anwar Fuadi ketua Nahdlah, dan Moh. Hafidz salah satu anggota Nahdlah juga menerangkan bahwa untuk saat ini kegiatan-kegiatan yang dijadwalkan sudah tidak berjalan maksimal. “Kegiatan yang terjadwal banyak, tapi tidak maksimal,” ujar Anwar Fuadi. “Hal ini karena kurangnya semangat dari semua anggota, pengurus (Nahdlah), dan tutornya,” imbuh santri yang akrab disapa Adi itu.
Selanjutnya, Adi menambahkan, yang juga menyebabkan ketidakmaksimalan kegiatan di Kamar Bahasa Arab ialah kurangnya pengontrolan dari pihak pengurus pesantren, utamanya Dikdat. “Selama berjalannya kegiatan, saya tidak pernah melihat ada controlling dari Dikdat,” ungkapnya. Dengan itulah ia berharap banyak kepada semua pihak supaya terus mendampingi teman-temannya dalam belajar bahasa Arab. “Untuk teman-teman, saya harap bisa mengikuti kegiatan kamar dengan baik dan tidak mementingkan kegiatan ekstra. Untuk Dikdat, kami harap bisa mengontrol, memeberikan motivasi, dan menemani teman-teman Kamar Bahasa Arab dalam belajar,” harapnya.
Abul Khoir, sebagai murafiqin (pembimbing) mengakui bahwa belakangan dirinya tidak aktif dalam melakukan pendampingan. “Karena kesibukan saya, kegiatan tersendat-sendat. Saya berjanji kegiatan akan dimaksimalkan dengan mendatangkan tutor dari Markaz sebagai pusat yang mewadahi santri belajar bahasa Arab,” katanya saat ditemui di Kamar Bahasa Arab.
Terkait dengan minimnya pengontrolan, Arifin Sholeh membenarkan bahwa pengontrolan dari pihak Dikdat memang kurang. “Ya, tidak maksimal. Tapi kalau berjalannya kursus bagus,” ucapnya. “Kalau Sabtu pagi berbenturan dengan ajian Pak Rofiq, saya ikut ngaji sehingga saya tidak masuk (mengajar) kursus,” jelasnya saat ditanya soal ketidakaktifannya dalam membimbing santri belajar bahasa Arab.
Kemudian, persoalan siapa yang menaungi Kamar Bahasa Arab tersebut, masih terjadi perbedaan pendapat di internal pengurus pesantren. “Itu tidak berada di naungan siapa-siapa,” ucap Dedi Anwari sebagai ketua pengurus PPA. Lubangsa Selatan. Akan tetapi, Arifin Sholeh menegaskan bahwa Kamar Bahasa Arab tersebut berada di bawah naungan Dikdat. Sementara berbeda dengan Mahekal El-Yunus Muhammad selaku anggota Dikdat yang mengaku tidak tahu menahu saat ditanya tentang persoalan tersebut. “Ini baru pertama kali saya tahu, mohon maaf saja. Koord. Dikat tidak ngasih tahu,” Ucapnya saat ditemui di kantor PPA. Lubangsa Selatan pada Rabu malam (5/3). Arifin Sholeh, memaklumi atas ketidaktahuan anggotanya tersebut. “Selama ini, mungkin Haikal hanya tahu di kursusnya,” terang Arif. [Ril/Lunk/Vil].
Posting Komentar