Labirin Ragam Komunitas, Nama Lubsel Menyeruak Hingga Lintas Negara
Mari berkenalan dengan beberapa komunitas yang telah menggaungkan nama PPA. Lubangsa Selatan ke berbagai penjuru; desa, kabupaten, provinsi hingga lintas negara. Ragam komunitas yang dimaksud ialah KCN (Komunitas Cinta Nulis), Sanggar Padi, Sanggar Basmalah, Hadrah Hikmatus Surur, yang secara resmi ada di bawah naungan Pengururs Dep. Orkesen (Olahraga, Kesehatan dan Kesenian). Kemudian, komunitas Mangsen, Perpustakaan, Iksandalika (Ikatan Santri Muda Lintas Kecamatan), LBM (Lembaga Bahtsul Masail), secara resmi pula ada di bawah naungan Puspenwas (Kepustakaan dan Pengembangan Wawasan).
Lebih jelasnya, kita simak satu persatu cerita dari sebagian pengurus di setiap komunitas. Mari kita awali dari komunitas KCN. Ach. Fairuzzabadi selaku penanggung jawab komunitas tersebut menceritakan, “setiap malam Rabu dan Jum’at pagi saya mengumpulkan teman-teman KCN untuk membedah cerpen karya mereka masing-masing. Kadang-kadang saya bersama teman-teman KCN mengadakan ulasan tokoh, semisal Seno Gumira Ajidarma, Pramoedya Ananta Toer. Teman-teman KCN semua berjumlah 23 orang. Namun yang sangat militan hanya 12 orang”, paparnya.
Tidak hanya itu, KCN juga punya teman sanggar Padi LS. Menurut Badruddin Syariful Alim, selaku ketua menjelaskan “sanggar Padi LS konsentrasi dalam masalah Gestur; olah tubuh. Karena memang sejak dulu Padi LS lebih mendalami keteateran sehingga olah tubuh menjadi hal penting. Teman-teman Padi LS memiliki 32 orang anggota yang semua mempunyai hasrat mendalami seni. Untuk masalah sastra, menulis puisi, saya memang biarkan agar mereka berproses sendiri”, jalasnya.
Dengan mengumbar senyum dari muka yang baru saja melepas penatnya, Badrud menaruh harapan besar kepada pengurus Orkesen sebagai pengurus pesantren yang menaunginya, untuk selalu memberikan stimulus walau hanya dengan ngumpul bareng di setiap mereka berlatih. Mungkin saja hal demikian itu menjadi beban moral bagi teman-teman Padi LS.
Padi LS juga memilki saudara kandung bernama sanggar Basmalah. Sanggar Basmalah ialah salah satu komunitas seni yang hampir mirip dengan sanggar Padi LS. Kalau Sanggar Padi LS konsentrasi di bidang teater, namun Basmalah sebaliknya, sanggar Basmalah lebih mendalami cipta-baca puisi. cerita Ikbal Risandi sambil menikmati sebatang rokok, disertai dengan nada bicaranya yang santun.
Lebih dari itu, untuk saat ini Basmalah sudah membagi dua kubu. Pertama, kubu kepenulisan. Kubu ini konsen dalam penulisan puisi. Kedua, kubu keteateran. Kubu ini lebih mendalami olah tubuh, sebagai langkah awal untuk bisa menjadi aktor yang baik dalah penampilan teater. Sambil mengernyitkan dahi, Ikbal sepertinya mengangan-angan, menghitung-hitung dengan jarinya, lalu menyebutnya bahwa anggota sanggar Basmalah berjumlah 22 orang.
Selan itu Komunitas Hadrah Hikmatus Surur juga merupakan komunitas yang diasuh oleh Orkesen. Hikmatus Surur akrab dengan sebutan Hirur. Habibullah selaku ketua Hirur menceritakan prihal rutinitasnya, “saya berlatih bersama setiap setelah ibadah shalat Jum’at, yang terdiri dari 7 orang tokang tabbuh (musisi), dan 7 orang tokang rudded. Untuk tahun ini, Hirur semakin dihargai banyak orang. Buktinya, saya hadir ke undangan tidak kurang lima belas kali”, ungkapnya.
Dari uraian di atas, mulai dari KCN, Sanggar Padi LS, sanggar Basmalah hinggga Komunitas Hadrah Hikmatus surur adalah anak kandung pengurus Dep. Orkesen. Empat komunitas tersebut masih menaruh harapan berupa intensitas sumbangan pemikiran dan sumbangan bersifat materi seperti penyedian fasilitas, berbentuk komputer.
Selanjutnya, mari kita dengarkan dengan sekasama dari komunitas Mangsen. Komunitas Mangsen adalah salah komunitas lesehan yang mendalami cipta-baca puisi. Komunitas ini, anggotanya tidak kenal lelah dalam menorehkan tinta hanya untuk melahirkan sebuah puisi. Mereka hanya berjumlah 10 orang anggota, namun kesungguhannya dalam belajar sastra tidak tertandingi 59 orang. Buktinya, Ach. Zaini dan Badrudddin sebagai bagian dari anggota Mangsen, lima puisi berhasil termaktub dalam Antologi Penyair Lima Negara, yang dihasilkan dari oret-oretan kecil setiap malam.
Badruddin sebagai senior dalam komunitas mangsen, sedikit menceritakan “saya setiap malam bersama anggota Mangsen yang lain masih tetap semangat menulis puisi. Dan setiap seminggu sekali saya adakan arisan puisi, yang masing-masing anggota wajib menyetor dua judul karya. Kurang lebih dalam tempo satu bulan, saya juga mengadakan ulasan tokoh, seperti Sapardi Joko, Sutarji dll,” tuturnya.
Perpustakaan adalah salah satu organisasi yang ada di bawah naungan departemen Puspenwas, ketua perpustakaan, Saiful Fawait mengatakan bahwa kontribusi dari departemen Puspenwas, baik berupa finansial ataupun berupa motivasi, arahan, nasehat dan lain sebagainya, untuk perpustakaan memang cukup memuaskan. Namun, ada satu hal lagi yang diharapkan oleh pustakawan, yaitu seringnya komunikasi dari pihak Puspenwas terhadap pustakawan, agar para pustakawan tidak merasa enggan ketika ingin berbagi cerita seputar perpustakaan kepada Pus penwas. “Kontribusi Puspenwas terhadap perpustakaan selama ini memang patut diajungi dua jempol. Saya atas nama ketua mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga. Namun, kalau boleh kami ingin meminta kepada Puspenwas, untuk ke depan sering-seringlah komunikasi dengan pihak pustakawan, ngumpul bareng, sambil mendiskusikan seputar perpustakaan agar ke depan perpustakaan lebih maju," harapnya.
Sementara, Herman sekretaris Iksandalika menuturkan bahwa selama ini kegiatan organisasi yang berada di bawah naungan Puspenwas itu tidak berjalan maksimal dan kurang mendapat perhatian dari Puspenwas. “Sepertinya, Puspenwas kurang peduli terhadap kami,” kata santri kelas akhir di SMA Annuqayah itu.
LBM juga termasuk organisasi yang diasuh oleh Puspenwas. Organisasi ini mempunyai progran bahsul masail tiga kali satu tahun, pertemuan mingguan, dan menghadiri bahsul masail. Selain itu memiliki program untuk membukukan hasil musyawarah. Selama ini, menurut pantauan Duta Santri, Puspenwas lebih apresiatif daripada organisasi yang lain.
Helmi Koord. Pupspenwas mengklarifikasi dari segala keluhan yang disampaikan anak asuhnya. “Kami membagi tugas. Badrud di Mangsen, Mas Zawi di Iksandalika,” ungkapnya. Dia juga menambahkan bahwa selama ini sudah berusaha untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan. Seperti foto kopi puisi di koran, melakukan pendampingan dan lain-lain. “Kalau untuk rental komputer masih mau dirembukkan,” imbuhnya.
Dari pihak Orkesen, Miftahul Arifin mengungkapkan sudah menjalankan fungsinya sesuai program kerja, telah melakukan koordinasi kepada setiap kominitas yang dinaungi, dan mendampingi ketika ada undangan. “Akan tetapi tidak ngobrol bareng setiap malam,” katanya. Lebih lanjut ia menyampaikan harapannya kepada masing-masing komunitas yang ada di bawah naungannya. “Setiap komuinitas tidak boleh mandeg,” pungkasnya. [Yon/Ril/Iet]
Label:
Feature







Posting Komentar