ORDA BARU – Sejak awal kepemimpinan Lubangsa Selatan, komunitas yang konsen prihal Organisasi hanya Ikatan Santri Muda Lintas kecamatan (Iksandalika). Iksandalika ini berdiri sejak tahun 2003 yang silam, yang dimonopoli santri sumenep bagian timur. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan membeludaknya santri mondok ke PPA. Lubangsa Selatan, kini lahir komunitas baru, yang kita kenal dengan Orda Baru yang konsen pula dalam hal organisasi. Mereka menyebutnya dengan Orda Baru, karena hingga saat ini masih belum memiliki nama yang resmi, walaupun sebenarnya sudah ada beberapa nama yang mereka usulkan seperti Formasi, Forgep (Forum Gerakan Pemuda), Hamdalah, Aliran LS, Hissan, Jamkim LS, Natasyuddin LS dan Permai (Persatuan Remaja Islam).
Khairil Anwar salah satu anggota dari Orda Baru tersebut, menjelaskan bahwa beberapa usulan nama di atas akan diselesaikan pada pertemuan mendatang, dan diusahakan semua anggota mereka akan dikumpulkan semua, akan menyepakati terhadap satu nama sebagai nama Orda Baru yang resmi. Berkenaan dengan itu, Haris Aji Fahrizal menanggapi bahwa sekalipun Orda Baru yang kami rintis masih belum memiliki nama resmi, akan tetapi kegiatan di dalamnya sudah kami lakukan. “Di antara kegiatan tersebut adalah Belajar Kitab Kuning, Belajar Salawat, Belajar Tartilul Qur’an dan Diskusi Keilmuan Islam (DKI),” jelasnya.
Haris, sapaan akrabnya Haris Aji Fahrizal, juga menuturkan bahwa DKI adalah kegiatan diskusi tentang berbagai tema (Poligami, pendidikan, budaya dan kajian terhadap keilmuan islam) yang dilaksanakan setiap ahad malam di auditorium Madrasah Diniyah. DKI ini sudah berjalan sebanyak tiga kali, dan sekarang merupakan yang ketiga kalinya dengan tema “Nikah Dini”. Berkenaan dengan kegiatan DKI tersebut, mereka para anggota Orda Baru sangat antusias dalam mengikutinya. Buktinya, setiap kali DKI dilaksanakan kurang-lebih dua puluh orang anggota Orda Baru menghadirinya.
Bagi Haris, mereka para anggota yang hadir pada acara DKI tidak hanya sebagai penonton penyaji, melainkan mereka benar-benar berpartisipasi aktif dengan cara banyak memunculkan pertanyaan kepada pemateri. Tidak hanya itu, gagasan-gagasan yang mampu melahirkan ide baru juga mereka lontarkan dalam bentuk sanggahan, baik yang positif maupun yang negatif. Mengapa demikian? Karena sistem pelaksaan DKI ini dipetakan menjadi dua kelompok; kelompok pro dan kontra terhadap tema yang kami usung. Akan tetapi walaupun sistemnya dibagi menjadi dua kelompok, bukan seperti arena debat. Dipetakan dengan kelompok pro-kontra hanya saja untuk melahirkan ide-ide baru yang kemudian mampu menjadi sebuah bangunan gagasan ideal. “jadi, yang diperioritaskan dari DKI ini adalah lahirnya gagasan baru yang ideal, bukan siapa yang kalah dan siapa yang menang,” tandasnya.[yon]







Posting Komentar