MADRASAH DINIYAH – Di setiap akhir tahun pelajaran, semua lembaga pendidikan sibuk mengadakan ujian. Baik itu ujian akhir sekolah, ujian nasional maupun ujian semester. Dan hal ini tidak hanya berlaku bagi satuan pendidikan yang bersifat formal, lembaga-lembaga yang non-formal juga mengadakan ujian, salah satunya lembaga non-formal (Madrasah Diniyah) yang ada di pondok pesantren Annuqayah Lubangsa Selatan.
Ujian semester genap ini berlangsung selama lima malam sejak malam Sabtu sampai Malam Rabu tanggal 9-13 Mei 2014. Ujian ini dilaksanakan setelah selesai salat jemaah Isya sampai selesai. Dengan enam ruang. “Untuk kelas 4, 5, 6 itu lima malam. Dan untuk kelas 1, 2, 3 empat malam”, ungkap ketua panitia ujian semester genap ini, Ach. Khairuddin.
Persiapan yang dilakukan oleh panitia ujian ini cukup lama, sekitar satu bulan sebelum ujian ini dilaksanakan panitia sudah mengadakan rapat. “Pertama kali rapat dilaksanakan pada tanggal 7 April 2014”, tuturnya. Sebenarnya panitia dalam ujian ini cuma satu orang, namun dibantu oleh pengurus madrasah diniyah. Akan tetapi walaupun dibantu oleh semua pengurus madrasah diniyah tetap saja mereka merasa kesulitan dalam pelaksanaan ujian ini, karena penyetoran naskah soal dari sebagian guru itu lebih dari batas yang telah ditentukan. “Kesulitannya cuma dalam pengetikan naskah soal, sebagian guru ada yang terlambat menyetorkan naskahnya. Bahkan sampai ujian ini dilaksanakan, ada guru yang masih tidak menyetor”, tuturnya kepada wartawan Duta Santri.
Ditanya tentang syarat untuk bisa mengikuti ujian, dia menjawab siswa madrasah diniyah yang berjumlah 189 orang itu harus membeli kartu ujian ke kantor madrasah diniyah, selain itu mereka harus bebas dari tanggungan. Baik berupa hutang ataupun alpa. “Semua siswa madrasah diniyah harus membeli kartu ujian, dan harus bebas dari semua tanggungan. Baik hutang ataupun hukuman”, ungkap mahasiswa Instika tersebut.
Pengawas ujian kali ini semuanya berjumlah 13 orang, yang diambil dari pengurus madrasah diniyah sendiri dan pengurus pesantren. “12 orang itu pengawas di ruangan, sedangkan yang satunya pengawas jalan”, tuturnya. Dia menambahkan, kegiatan ujian tahun ini ada sedikit perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya. Untuk tahun ini ada istilah pengawas tetap, yaitu pengawas dalam setiap ruangan itu tidak berubah-ubah. “Untuk tahun ini pengawasnya yang berjumlah dua orang dalam setiap ruangan itu tidak berubah-ubah. Agar lebih simpel dan supaya pengawasnya lebih tahu suasana kelas”, jelasnya. Hal ini dibenarkan oleh kepala madrasah diniyah, Abd. Wahied. Dia mengatakan bahwa salah satu tujuan diadakannya pengawas tetap adalah biar pengawasnya lebih paham suasana ruangan yang mereka tempati, dan juga karena pihak madrasah diniyah kekurangan tenaga. “Tujuannya biar pengawasnya sangat paham di ruangan, dan karena kekurangan tenaga”, jelasnya saat ditemui Selasa malam kemarin (13/5).
Selain itu, perbedaan dengan tahun sebelumnya adalah adanya peraturan khusus bagi siswa kelas akhir formal, bagi mereka yang berstatus siswa kelas akhir di formal ijazahnya akan ditangguhkan jika mereka tidak mengikuti ujian dan belum menyelesaikan hafalan wajib di madrasah diniyah. “Bagi siswa kelas akhir di formal yang tidak ikut ujian madrasah diniyah dan belum menyelesaikan hafalan wajib maka ijazah formalnya akan ditangguhkan, dan hal ini sudah dimusyawarahkan dengan pengasuh”, ujar Khoir panggilan akrab Ach. Khairuddin.
Menurut Abd. Wahied, jumlah siswa madrasah diniyah yang hafalannya masih belum tuntas ada sekitar 81 orang dari empat kelas. “Kelas I-A 11 orang, I-B 14 orang, II-A 6 orang, II-B 11 orang, kelas III 17 orang, dan kelas IV ada 22 orang”, ungkap santri asal Lengkong Bragung tersebut. Dan bagi siswa yang belum hafal, walaupun selesai pelaksanaan ujian madrasah diniyah mereka harus masuk kelas sebagaimana mestinya. Dan di kelas akan diisi dengan hafalan. “Mulai malam Sabtu (16/5) depan, siswa yang belum menyelesaikan hafalannya mereka akan tetap masuk seperti biasa sampai ujian formal berlangsung ” lanjutnya.[iet]
Posting Komentar