Tiga Kali Teladan, Juara Kelas Jadi Langganan

Melihat Semangat Belajar Naily El-Shafitah yang Tanpa Lelah dan Putus Asa

Tak ada kesuksesan yang didapat dengan cuma-cuma, apalagi secara kebetulan belaka. Tentu, kesuksesan akan dicapai setelah melalui proses yang panjang. Begitupun dalam dunia pendidikan, harus memiliki semangat belajar yang tinggi untuk mengantarkan kita pada puncak kesuksesan. Seperti kesuksesan yang diraih oleh Naily El-Shafitah, yang menjadi langganan juara kelas hingga tiga kali dikukuhkan sebagai siswi teladan selama kurun waktu dua tahun terakhir.

 
MOH. HUSRIL MUBARIQ, Lubsel

Ahad (7/12) malam, hujan tampak gerimis. Salat jemaah Isya’ baru saja dilaksanakan. Santri-santri pun lalu-lalang menuju kelas Madrasah Diniyah masing-masing. Dan saat itu, datanglah seorang gadis belia menuju area pondok santri putra. Tepatnya, mendatangi ruang rental PPA. Lubangsa Selatan.

Dengan menggunakan payung plastik warna transparan, ia berjalan menembus gerimis malam. Tangan kirinya, tampak membawa sejumlah buku pelajaran. Kepalanya yang dibalut kerudung pink, terlihat padu dengan kaus putih lengan panjang bermotif bunga-bunga yang juga berwarna pink. Terlihat cantik, bak princess yang sedang bermain gerimis. Dialah Naily El-Shafitah, putri kedua pasangan Drs. K. A. Wahieb Aqib bersama Ny. Husnul Khotimah Ishom (salah satu putri KH. Moh. Ishomuddin AS).

Kedatangannya ke area asrama santri putra, hendak belajar materi-materi yang diajarkan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) 3 Annuqayah, tempat ia menempuh pendidikan dasar, bersama Saiful Fawait santri asal Lombang Batang-Batang sekaligus mantan ketua Perpustakaan periode 2013-2014. Kegiatan belajar seperti itu bukan cuma sekali ia lakukan, melainkan setiap malam sehabis salat jemaah Isya’ hingga selesai jam belajar yang berlaku di PPA. Lubangsa Selatan putra; 20.30 Wib.

“Assalamualaikum,” ucapnya sebelum memasuki ruang rental. Sontak, Saiful Fawait beserta beberapa temannya menyambut gadis yang akrab disapa Neng Naily itu dengan salam pula. Kegiatan belajar pun dilakukan sebagaimana malam-malam sebelumnya yang kadang juga dilangsungkan di ruang perpustakaan. Sesekali, di sela-sela keseriusannya, kedua bibir salah satu cucu KH. Moh. Ishomuddin AS itu menyunggingkan gelak manis. Terkadang, ia mengganti posisi, lalu beberapa waktu kemudian mengubahnya ke posisi semula. Belajar, dan terus belajar hingga tiba waktunya pulang. Begitulah yang Neng Naily lakukan setiap malam, menunjukkan kesematannya yang tinggi.

Sebelum beranjak pulang ke rumahnya, gadis berusia 11 tahun itu bersedia untuk diwawancarai koran ini. Neng Naily mengaku, sebenarnya ia tidak hanya melakukan kegiatan belajar bersama Saiful Fawait saja. Namun, ia masih melanjutkannya di area santri PPA. Lubangsa Selatan putri. “Setelah Isya’ (belajar) di sini. Kemudian, ke sana (ke PPA. Lubangsa Selatan putri),” tuturnya. “Kadang dimarahin sama ummi, karena (belajarnya) sampai jam sepuluh. Takut bangunnya kesiangan, kan masih mau sekolah,” sambung gadis yang saat ini duduk di bangku kelas 6 MI 3 Annuqayah tersebut.

Lebih lanjut, Neng Naily meyatakan, kepergiannya ke area santri putri sebenarnya karena ia mengikuti kakak kandungnya yang juga belajar di sana. “Saya ngikutin mbak Ibat (Hibat Al-Wafiroh, Red.). Kalau mbak Ibat ke putri, saya juga ke putri,” terang gadis yang waktu itu mengenakan bawahan warna levi’s. “Tapi kadang sekalipun mbak Ibat nggak ke putri saya tetap ke sana,” imbuhnya.

Apa prestasi yang pernah ia capai? Neng Naily mengaku, dirinya setiap tahun menjadi langganan juara kelas. Bahkan dua tahun terakhir, ia tiga kali dinobatkan sebagai siswi teladan. Yakni pada semester genap saat duduk di kelas IV, ketika semester ganjil dan pada waktu semester genap kelas V kemarin. “Saat kelas V semester satu teladan, waktu semester 2 juga teladan,” jelasnya.

Lalu, bagaimana dengan prestasi lain di luar sekolah? Pernahkah ia mengikuti semacam perlombaan atau olimpiade mewakili sekolahnya? “Pernah tiga kali, tapi ndak dapat (juara),” ucapnya seraya tersenyum hingga tampak lesung pipit di kedua pipinya. “Pernah ikut lomba paduan suara dan lomba pidato bahasa Inggris di MAN Sumenep tahun 2012. Tapi untuk lomba paduan suaranya gagal, karena waktunya bersamaan dengan lomba pidato bahasa Inggris,” katanya. “Kemudian pernah ikut Olimpiade MIPA (Matematika-IPA) di SMP Guluk-Guluk dan Olimpiade Sains di Universitas Wiraraja tahun 2013 kemarin,” ucap dara yang memiliki angka lahir 1 April 2003 itu, saat diwawancarai malam berikutnya (1012).

Soal semangat belajar Neng Naily, setidaknya harus menjadi contoh tersendiri bagi semua kalangan santri. Sebab, tidak seorangpun akan menikmati kesuksesan tanpa melalui proses dan usaha yang keras. Tak pantang dalam menghadapi ujian, tak gentar oleh keadaan, tak mudah putus asa, dan berani bertindak untuk maju demi mengukir sejarah emas. []
Share this video :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Duta Santri - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger